DERITA MASIH KAU ANGGAP TAMAN

Artikel Pinto Janir(Pinto Janir) 23 Juni 2015 03:00:00 WIB


Pahamlah, bahwa memelihara kepura-puraan hanya akan mengantarkan dirimu pada dunia kedustaan yang memastikanmu kekal dalam ruang kepastian yang abadi dalam derita yang masih kau anggap taman. 

Ulah disapa rindu, gelisah menyentuh hidupmu. Ketika kau kehilangan cara menghindarinya, hari-harimu meriang. Tiap detik pertanyaan tiba bertubi-tubi menutuh hatimu, tak terjawab.  Dari lapisan menjadi genangan, kemudian menutup segala ruangan; pengap !

 Berkelimun dengan persoalan yang satu hingga persoalan yang lain adalah asap yang mengabut dari api yang tersuruk.Bukan api yang tak jelas, cara menyiram yang tak tepat yang membuat hatimu berkabut--yang masih tetap kau kira pelangi. 

  Kepura-puraan gagah yang kau ciptakan adalah tontonan kegoyahan yang kau maklumatkan pada langit, pada tanah, pada air, pada api, pada karang, pada laut, pada ombak, pada riak, pada jiwa-jiwa yang malang. Kau tersesat di rimba lebat yang kau ciptakan sendiri. 

 Mengapa kau tak pernah berpikir ketika Tuhan tersenyum menyaksikan kesombonganmu? 

  Kalau di jangkar antara ruang dan waktu, mana pernah bertemu. Jauh itu. 

  Sudahlah, kalau ada jalan singkat, mengapa harus memilih jalan panjang? Satu persatu lepaskan dunia dari atribut tubuhmu,butuhmu, inginmu, mimpimu, tidurmu, jagamu, nafasmu...

  Sunyikan dirimu, lipat ruang-ruang itu. Rungkukkan hatimu, sempurnakan sujudmu sesempurna-sempurna mungkin sehingga malaikat bertanya pada Tuhan, siapa kamu. 

 Dari banyak pintu, tak satupun pintu akan terbuka bila kau tak mampu berdialog dengan hatimu sendiri, sampai ia paham. 

 Pahamlah, bahwa memelihara kepura-puraan hanya akan mengantarkan dirimu pada dunia kedustaan yang memastikanmu kekal dalam ruang kepastian yang abadi dalam derita yang kau anggap taman. 

 Bila rindumu gelisah, lekas pertanyakan, apakah Tuhan pura-pura menciptakanmu? 

 BahWa kita sampai, yang menyampaikan itu rindu yang nyaman. 

 Soal hidup itu, adalah soal yang dua saja. Tuhan bertanya; kau menjawabnya. Imani jawabanmu. Imani dengan pikiran, akal dan hati. Hati-hati menjawab, jangan sampai kehilangan akal, karena ada pikiran tempat bertanya dan ada hati tempat memutuskan. 

 Putuskan makrifat hidupmu, biar kau dan aku tuntas; sehingga tak ada hutang dunia yang kita lansaikan di akhirat. 

  Untuk itu, ambillah wudhu, jangan tunggu 'hidayah' tiba. Tuhan tak pernah pelit pada umatnya, kau saja yang tak pernah meminta dengan hati dan segenap jiwa. 

 Berdoalah....

 Bukankah hanya do'a yang dapat mengubah takdir?  (Pinto Janir)