Kantor Gubernur

artikel 2 Yongki Salmeno(Yongki Salmeno) 16 April 2015 04:22:28 WIB


Bulan Juni tahun 2012 lalu saya diajak Kepala Biro Umum Kantor Gubernur dan Kepala Dinas Prasjal Tarkim meninjau satu unit kantor di lingkungan Kantor Gubernur yang baru saja selesai dibangun. Bangunan yang salah satu sisinya berbentuk setengah lingkaran itu cukup indah, terletak di rusuk kanan Rumah Bagonjong (Kantor Gubernur yang lama). Bangunan itu disiapkan sebagai ruang kerja Gubernur dan Wakil Gubernur, pengganti ruang kerja di rumah bagonjong yang rusak  akibat musibah gempa tahun 2009.

Namun ada sesuatu yang  mengganjal  di fikiran saya saat meninjau ruangan kantor darurat staf Sekretariat Daerah Pemerintah Provinsi  Sumatera Barat. Ruangan  itu dulunya adalah aula, namun karena sebagian besar Kantor Gubernur (rumah bagonjong) rusak akibat gempa, maka unit kerja yang dulu berkantor di Rumah Bagonjong, terpaksa dipindahkan ke aula untuk sementara. Saat itu ada sekitar 300 karyawan berkantor di sana, satu meja digunakan oleh 4 sampai 6 orang.

Kondisinya sangat memprihatinkan, bisa kita bayangkan, ratusan pegawai menumpuk berkantor darurat di aula yang kapasitasnya tidak memadai. Tentu sungguh tidak nyaman berada dalam suasana seperti itu. Seperti pasar saja layaknya. Otomatis, tentu mereka tidak bisa bekerja secara optimal.

Segera saya putuskan bahwa gedung yang baru itu batal digunakan sebagai ruang kerja Gubernur dan Wakil Gubernur, sebagai gantinya, sebagian unit kerja yang  sebelumnya berkantor darurat dan berdesak-desakan di aula, dipindahkan ke gedung yang sebelumnya dialokasikan sebagai ruang kerja Gubernur. Ada tiga biro yang dipindahkan ke gedung yang direncanakan bakal jadi ruang kerja Gubernur itu, yaitu Biro Organisasi dan Biro Hukum dan Perekonomian.

Namun itupun belum memadai, hingga kini sekitar 200 pegawai kantor Gubernur masih berkantor darurat di aula, berasal dari biro Pembangunan dan Biro Sosial. Namun, meski masih bersifat darurat,  alhamdulillah kondisinya sudah lebih baik dari sebelumnya. Ruang kerja terasa lebih lega, tak lagi berdesak-desakan dan ruwet. Pekerjaan sudah berjalan lebih baik, suasana kerja sudah lebih nyaman dan tertib.

Tahun 2014 telah siap dibangun satu gedung kantor lagi. Gedung yang dibangun dengan biaya Rp 4,6 miliar lebih ini sekaligus berfungsi sebagai escape building.  Gudung ini diresmikan langsung oleh Kepala BNPB Syamsul Maarif. Gedung yang dirancang khusus tahan gempa sampai 10 skala richter ini selain sebagai kantor juga  dipersiapkan sebagai  tempat evakuasi penduduk jika terjadi gempa dan tsunami.

Karena Rumah Bagonjong juga harus mengalami rehab berat, gedung ini harus dikosongkan.  Tahun 2014 sebagian besar karyawan yang semula masih bertahan berkantor di sana dipindahkan ke escape building. Sedangkan bagian rumah tangga dari biro umum  dan telematika dari biro humas dpindahkan ke lantai dua aula. Sekitar 100 karyawan yang sebelumnya telah berkantor darurat di aula, ditambah lagi dengan sekitar 100 karyawan yang dipindahkan dari rumah bagonjong. Artinya sekitar 200 karyawan masih berstatus darurat sementara berkantor di aula. Nampaknya kondisi ini harus dijalani dulu sampai Rumah Bagonjong selesai diperbaiki dan bisa digunakan lagi.

Saya sendiri tetap berkantor sementara di rumah dinas (gubernuran). Selain karena masih terbatasnya ketersediaan ruangan di kompleks Kantor Gubernur, pilihan itu lebih strategis diambil karena di komplek gubernuran terdapat gedung auditorium yang bisa digunakan untuk pertemuan atau rapat untuk skala ratusan orang dan rapat kecil dengan skala puluhan orang. Juga ada ruang pertemuan untuk menerima tamu-tamu khusus.

Ruang kantor yang megah, perabotannya dan assesories yang hebat tidaklah menjamin kualitas kerja. Saya sendiri memang lebih suka  terjun langsung ke lapangan, tidak berlama-lama di kantor. Di zaman sekarang sebenarnya kantor tak lagi butuh meja besar atau lemari besar-besar untuk menyimpan arsip dan dokumen, karena zaman sekarang yang serba elektronik dan komputer cendrung menganut prinsip minim kertas (paper less).  Sejak tahun 2010 hingga kini, meja kerja yang saya gunakan adalah satu buah meja kecil ukuran setengah biro saja.

Namun kondisi itu tak sedikitpun menghambat pekerjaan, hal ini bisa ditanyakan langsung kepada semua SKPD atau siapapun yang pernah berkujung atau berurusan di  ruang kerja saya. Jika ingin mengetahui sesuatu masalah, saya lebih suka berdiskusi langsung dengan SKPD bersangkutan atau dengan orang yang ahli dengan masalah tersebut. Setelah paham akan masalah tersebut akan saya ingat baik-baik di kepala, sehingga di manapun dan kapan pun, saya bisa mempresentasikannya tanpa teks. Sebagai tambahan, juga saya catat di memori HP dalam bentuk pointer. Hal itu membuat pekerjaan lebih simple dan praktis. Jika bisa kita buat menjadi lebih sederhana kenapa harus pilih yang rumit?

Surat menyurat juga demikian, tidak ada surat yang menumpuk di meja kerja saya. Semua surat selesai ditanda tangani atau didisposisi dalam satu hari. Tidak ada pekerjaan yang ditunda-tunda, semua masalah dianalisa dengan cepat, lalu diselesaikan saat itu juga. Jadi tidak ada pekerjaan yang menumpuk akibat tertunda-tunda.

Kemajuan teknologi juga membuat pekerjaan kita menjadi lebih mudah, cepat dan efisien. Komunikasi dengan siapapun saat ini bisa dilakukan dengan mudah dan cepat. Ada email, ada twitter, facebook, whats app, dan sebagainya. Berbagai informasi bisa diperoleh melalui google dalam hitungan detik. Saya bisa berkomukasi dan berkonsultasi dengan staf setiap saat meskipun masing-masing berada di tempat yang berbeda dan terpaut jarak yang mungkin sangat jauh.

Bangunan Rumah Bagonjong akan terus dipertahankan. Melalui tahun anggaran 2014 telah dilakukan perkuatan bangunan, perbaikan atap dan pembersihan bagian-bagian bangunan yang rusak. Pekerjaan ini telah menghabiskan dana Rp 2,4 milyar. Melalui tahun anggaran 2015 perbaikan gedung dilanjutkan lagi hingga bisa berfungsi seperti semula, fungsinya diutamakan untuk ruang kerja pimpinan. Diperkirakan hingga selesai tahun 2016 perbaikan ini menghabiskan dana Rp 22 milyar.

Memang kantor Gubernur dibangun belakangan setelah 179  ribu lebih rumah penduduk, jalan, jembatan, sekolah, mesjid-mushalla serta sebagian besar kantor pemerintah yang hancur akibat gempa tahun 2009 selesai dibangun. Rumah penduduk dan fasilitas umum adalah prioritas utama dan lebih duluan dibangun. ***