HASIL VERIFIKASI POTENSI PERIKANAN BUDIDAYA DI DAERAH PESISIR, KAB. PASAMAN BARAT 2014

Berita Utama NONONG HANUGRAH, A.Md(Dinas Kelautan dan Perikanan) 24 April 2014 00:30:54 WIB


HASIL VERIFIKASI POTENSI PERIKANAN BUDIDAYA DI DAERAH PESISIR, KAB. PASAMAN BARAT 2014

1.Sasak

a.Sasak

Potensi untuk daerah sasak ini bisa dikembangkan budidaya nila dan lele den benih dikeramba juga mampu untuk kolam terpal. Untuk lahan perkolaman dan lele terpal yang bisa dimanfaatkan sebanyak 2 ha, yang membutuhkan bibit sebanyak 200.000 ekor benih. Sumber airnya berasal dari Batang Kapar Saat ini lahan yang baru dimanfaatkan sebanyak 2.762 m2. Dan untuk keramba jaring apung, dengan dari panjang sungai di Sasak 6 km sepanjang 1 km bisa dimanfaakan untuk membuat KJA Nila yaitu sebanyak 200 lubang dengan ukuran 3 x 4 m/lubang. Pada saat ini sudah ada KJA sebanyak 12 lubang.

b.Maligi

Untuk daerah ini berpotensi untuk pengembangan budidaya kepiting dan udang, dengan panjang hutan bakau ½ km, salinitas 20 – 25 0/00, dengan substrat berlumpur. Pasang tertinggi ± 2 m dan pasang terendah 0.6 m. dengan keadaan tersebut bisa dibuat keramba sebanyak 225 unit. Dan lahan yang bisa dimanfaatkan untuk budidaya lele terpal sebanyak 200.000 ekor benih lele. Saat ini di Maligi belum ada budidaya kepiting dan lele terpal stagnan karena mahalnya harga pakan, dan akses jalan ke lokasi sulit.

 

2.Sikabau

  1. Potensi perikanan untuk budidaya kepiting bakau di batang Sikabau sepanjang 5 Km dengan hutan bakau sekitar 2,5 km di sepanjang DAS dengan kondisi perairan salinitas berkisar antara 5 – 15 %0, Pasang terendah 1 m dan pasang tertinggi 2.5 m. saat ini di sikabau sudah terbentuk 1 kelompok dengan anggota 23 orang dan menerima paket kepiting sebanyak 60 unit, dengan kondisi seperti itu untuk jangka pendek diperlukan sarana dan prasarana budidaya kepiting sekitar 120 unit keramba.
  2. Pengembangan Budidaya Kolam, dengan lahan yang bisa dibuka dan dimanfaatkan untuk budidaya perkolaman sebanyak 3 ha dengan sumber air berasal dari batang Sikabau. Pada saat ini budidaya pemeliharaan nila dalam wadah jaring tancap sudah ada sebanyak 16 unit yang merupakan paket bantuan dari kegiatan GPEMP.
  3. Potensi pengembangan Budidaya Air Payau dengan pembukaan lahan baru berupa tambak bisa dilakukan pengembangan dengan perkiraan luas 10 – 20 ha, khususnya pemeliharaan udang kelong.

 d.Sikilang

Berpotensi untuk budidaya perairan umum yaitu keramba jarring apung yang selama ini belum dimanfaatkan terutama di sekitar Sungai Batang Sikilang, karena factor keterisoliran yang memicu terjadinya ekonomi biaya tinggi karena sering terjadinya banjir dan akses jalan yang terputus

  1. e.Mandiangin

Berdasarkan letak geografisnya Jorong Mandiangin merupakan sebuah kejorongan yang ada di kenagarian Katiagan Kecamatan Kinali dan merupakan kejorongan yang ada di pinggiran sungai Batang Mandiangin. Dilihat dari mata pencaharian penduduknya berpotensi sebagai nelayan, petani pedagang dan swasta. Posisi kejorongan Mandiangin sangat mendukung untuk kegiatan usaha budidaya Air Payau, Pada saat ini ada kelompok pembudidaya sampurna jaya yang ketuanya bernama Zudiar telah melakukan pemeliharaan budidaya kepiting dan budidaya ikan kerapu lumpur. Dengan panjang tambak 170 m dan lebar 50 m. di pinggiran sungai tersebut di paritnya dengan batang nibung kemudian di lapisi dengan waring. Sedangkan untuk bibit diperoleh dari tangkapan alam. Menurut bapak Zudiar tersebut usaha ini sangat menjanjikan karena permintaan pasarnya banyak untuk kepiting di jual ke Batam. Untuk potensi budidaya air payau di daerah ini sangat besar menurut keterangan sekretaris Nagari ada + 100 Ha lebih kalau khusus potensi kelompok sampurna jaya ini bisa diolah seluas 6 Ha.       Menurut informasi bapak Zudiar desa dengan luas 80 x 30 m bisa untuk menampung bibit kepiting sebanyak 3 ton. Sedangkan harga bibit yang dibelinya 50.000/kg, banyaknya 1 kg adalah 6 ekor.   Setelah 5 bulan bisa mencapai berat 1 kg. dengan harga jual Rp. 155.000/kg.

Sedangkan jorong Katiagan hanya berpotensi untuk budidaya air tawar, yaitu budidaya lele dikolam terpal.

 

Sedangkan permasalahan yang ada pada pembudidaya ini adalah :kekurangan modal untuk membeli bibit untuk melanjutkan usahanya.

Sedangkan solusi untuk permasalahan diatas adalah dengan melakukan uji coba budidaya kepiting sebanyak 100 Unit. Di Jorong Mandiangin dan 20 unit untuk kolam terpal di Jorong Katiagan

Kalau untuk mengembangkan budidaya ikan air payau bibit di datangkan dari luar hal ini menjadi kendala dan sulit karena transportasi sulit dan jauh menyebabkan ikan bisa mati.dan kegagalan pun cukup tinggi. Untuk mereka melanjutkan usaha biaya cukup tinggi dan keberhasilan akan kurang karena untuk melanjutkan kembali sulit seperti yang pernah kita bantu kegiatan budidaya jarring tancap setelah panen tidak dilanjutkan kembali.

  1. f.Jorong Pulau Panjang

Pulau Panjang memiliki luas sekitar 220 Ha, merupakan satu-satunya pulau yang dihuni oleh penduduk dari 9 pulau yang ada di Kab. Pasaman Barat dengan jumlah penduduk sebanyak 320 KK dengan mata pencaharian umumnya sebagai nelayan. Lahan daratan di pulau ini selain dimanfaatkan masyarakat tempat tinggal juga dimanfaatkan untuk usaha perkebunan. Seperti kebun kelapa, cengkeh dan lainnya.

 

Adapun Potensi perikanan yang bisa dikembangkan di Pulau Panjang ini adalah :

1. Budidaya Ikan Kerapu sebanyak 5.000 Unit.

Di Pulau Panjang ini baru ada 5 kelompok pembudidaya ikan di KJA dengan komoditi kerapu, dari 5 kelompok ini memiliki total sebanyak 72 Lobang, yang sebagian besar merupakan bantuan dari Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Sumatera Barat sebanyak 4 Unit (64 lobang) dan Kementerian Kependudukan Daerah Tertinggal sebanyak 1 unit (8 Lobang).

Adapun masalah yang dihadapi dalam usaha yang tengah berjalan ini antara lain:

  1. a.Waktu usaha yang dianggap cukup lama (1,5 Th)
  2. b.Mahalnya harga pakan
  3. c.Pemasaran yang hingga saat ini masih belum memadai, padahal hingga saat ini sudah ada ikan kerapu yang sudah layak panen, sehingga hal ini melemahkan semangat anggota kelompok dan pastinya menghambat keinginan masyarakat lain untuk memulai usaha ini.

2. Budidaya Lele di Kolam Terpal Sebanyak 50 Unit

Dari 320 kk yang ada, 50 KK diantaranya tidak termasuk kedalam database 2008 padahal mereka masih tergolong miskin dengan mata pencaharian sebagai nelayan. Adapun Mata pencaharian alternative tambahan yang diperlukan adalah Budidaya ikan lele di kolam terpal, dengan pertimbangan :

  1. a.Pulau panjang merupakan daerah pesisir dengan tekstur tanah berpasir yg poros atau tidak kedap air, sehingga budidaya ikan di kolam terpal lebih efektif dibandingkan dengan menggunakan kolam tanah.
  2. b.Adanya kegiatan pengolahan pengasapan ikan lele dengan bahan baku yang mereka beli dari luar pulau panjang dan ada juga yang berasal dari hasil tangkapan di alam.

Pulau Panjang merupakan kawasan wisata yang didukung dengan adanya pondok wisata, dengan demikian ikan asap yang dihasilkan dapat dijadikan sebagai produk olahan khas dari pulau panjang.