Menjelang Semester Baru

Artikel () 11 Desember 2020 14:00:35 WIB


Saat ini adalah akhir semester ganjil. Tahun depan, sudah masuk semester genap. Pemerintah mengeluarkan kebijakan yang mengizinkan pembelajaran tatap muka dilakukan di tahun depan, semester genap. Sebagian orang tua siswa senang karena anaknya akan masuk sekolah kembali. Sebagian orang tua yang lain masih was-was jika anaknya harus masuk sekolah. Ada yang takut anaknya tertular covid ketika di sekolah. 

Lalu, bagaimana dengan pihak sekolah, termasuk guru? Apakah mereka juga menyambut dengan antusias? Harian Kompas edisi 10 Desember 2020 di salah satu halamannya memuat hasil survei Kemendikbud, Predikt, dan Wahana Visi Indonesia. Yang disurvei sebanyak 27.046 guru di 34 provinsi. waktu pelaksanaan pada 18 Agustus – 5 September 2020.

Dalam hal tingkat kekhawatiran guru terkait pembukaan sekolah, hasilnya adalah: 60% khawatir, 16% ragu-ragu, 24% tidak khawatir. Ini menjelaskan bahwa ternyata dari pihak guru lebih banyak yang khawatir terhadap pembukaan sekolah. 

Sementara itu, tentang pendapat guru jika sekolah dibuka kembali adalah: aman dan kecil kemungkinan penyebaran covid sebesar 24%, kurang aman dan ada kemungkinan penyebaran covid sebesar 37%, tidak aman dan besar kemungkinan penyebaran covid sebesar 13%, tidak bisa diprediksi sebesar 26%. Dari data ini terlihat, hanya 24% saja yang merasa aman dan kecil kemungkinan penyebaran covid. Selebihnya merasa kurang aman, tidak aman dan tidak bisa diprediksi. Serta merasa penyebaran covid mungkin terjadi. 

Guru selaku orang dewasa lebih banyak yang berpikir pembukaan sekolah tidak aman dan berpotensi terjadi penyebaran covid. Mereka yang sehari-hari bergaul dengan siswa. Mereka lebih tahu bahaya yang akan dihadapi jika sekolah dibuka. 

Untuk strategi pembelajaran paling baik menurut guru dalam situasi dan sarana/prasarana yang tersedia saat ini, jawabannya adalah: pembelajaran jarak jauh 38%, pembelajaran jarak jauh secara luring 12%, kombinasi antara pembelajaran jarak jauh dan tatap muka 45%, pembelajaran tatap muka seluruhnya 5%. Dari angka ini bisa dilihat bahwa guru yang ingin pembelajaran tatap muka seluruhnya hanya 5%. Selebihnya ingin pembelajaran jarak jauh 50% dan kombinasi jarak jauh dan tatap muka 45%. Angka ini juga menjelaskan bahwa guru tidak ingin mengambil risiko terlalu jauh jika pembelajaran sepenuhnya dengan tatap muka. 

Sementara itu, untuk hal-hal yang dikhawatirkan guru saat sekolah dibuka kembali, jawabannya adalah: peserta didik tertular covid 44%, diri sendiri tertular covid 37%, tidak bisa melakukan proses belajar mengajar  dengan nyaman 29%, tidak bisa menjalankan pembelajaran tatap muka dengan efektif 24%, orangtua atau penghuni rumah lainnya tertular covid 23%. Dari angka ini terlihat bahwa guru justru lebih dulu mengkhawatirkan siswa mereka tertular covid, kemudian mereka sendiri juga khawatir tertular covid. Guru juga khawatir orangtua siswa atau penghuni rumah yang lain tertular covid. 

Dari hasil survei di atas bisa dilihat bahwa guru sendiri ternyata tidak berkeinginan, tidak siap jika sekolah dibuka untuk tatap muka. Mereka juga khawatir terjadinya penularan covid. 

Sementara orangtua yang anaknya terus di rumah melihat ada kebosanan, kejenuhan, dalam pembelajaran. Sebagian orangtua akhirnya ingin anaknya sekolah tatap muka. Namun pandangan guru berdasarkan hasil survei ternyata mengarah kepada pembelajaran jarak jauh. (efs)