ORANG MINANG TELAH AMALKAN NILAI PANCASILA

Artikel Zakiah(Tenaga Artikel) 22 September 2020 14:38:53 WIB


Beberapa waktu lalu media cetak dan elektronik , viral memberitakan statementdari Ibu Puan Maharani, Ketua DPR RI , yang berbunyi 'Semoga Sumbar mendukung negara Pancasila' , menuai sorotan berbagai kalangan. Banyak yang mempersepsikan bahwa ucapan itu menuduh masyarakat Sumbar seakan-akan bukan pendukung Pancasila. Hal ini menyebabkan orang-orang menggali kembali kenangan yang hampir terlupa, sejarah yang mulai tenggelam akan peran Sumatra Barat di jaman penjajahan dan awal-awal kemerdekaan.

Semakin di telusuri semakin terlihat rekam jejak peran orang Sumbar untuk negeri ini. Peran berat yang dilandasi kecintaan terhadap negeri ini. Sebuah sumbangsih yang mungkin belum dipahami oleh Ibu Puan.

Jika membaca sejarah bagaimana masyarakat Minang Kabau dahulu ikut berkontribusi dengan memberikan bantuan hartanya untuk tegaknya negara ini di awal kemerdekaan RI.

Ketika terjadi Agresi Militer Belanda I tanggal 21 Juli 1947, Bung Hatta terkepung oleh Belanda ketika beliau sedang dalam perjalanan dari Sibolga menuju Pematang Siantar. Sehingga beliau melarikan diri ke arah selatan menuju Bukittinggi. Sehingga akhirnya beliau berkantor di sini selama 7 bulan.

Untuk membuka blokade dari Belanda, Bung Hatta memutuskan membeli pesawat untuk menyalurkan bantuan dan persenjataan kepada daerah yang di blokade.

Sebagai upaya membeli pesawat, maka dibentuklah Panitia Pusat Pengumpul Emas oleh Mohammad Hatta di Bukittinggi pada tanggal 27 September 1947.

Para ibu-ibu di Bukittingi juga dari Padang, dengan sukarela memberikan emas mereka sehingga terkumpullah emas sebanyak 14 kg. Dengan emas ini terbelilah 2 buah pesawat Avro Anson yang kemudian diberi nama RI-003 dan RI-004. Pesawat RI-003 diterbangkan oleh komodor udara Halim Perdanakusumah dan jatuh di Tanjung Hantu Malaysia. Sedang RI-004 diterbangkan oleh pilot Sudaryono. Dan pesawat ini hancur ketika Lapangan Terbang Maguwo diserang oleh Belanda pada akhir 1948 dalam Agresi Militer II di Yogyakarta.

Begitu juga , sumbangan pemikiran dan tenaga dari putra terbaik dari Ranah Minang ini di awal kemerdekaan, diantaranya :

- Muhammad Hatta (proklamator dan wakil Presiden 1).

- Soetan Sjahrir (Perdana Menteri Republik Indonesia pertama).

- Mr Mohammad Jamin (salah satu perumus Pancasila pada sidang BPUPKI 29 Mei - 1 Juni 1945)

- Haji Agoes Salim (Menteri Luar Negeri Pertama RI dan peletak dasar politik luar negeri Indonesia)

-Mr Sjafroeddin Prawiranegara (memimpin Pemerintahan Darurat Republik Indonesia ketika Agresi Militer Belanda).

- Moehammad Natsir (dengan Mosi Integral nya NKRI kembali bersatu setelah hampir terpecah jadi Republik Indonesia Serikat akibat Konferensi Meja Bundar).

- Dan sungguh banyak lagi yang lainnya.

Belum lagi pejuang wanitanya. Berjuang lewat keahlian masing-masing melawan penjajah Belanda, yaitu :

- Siti Manggopoh (berperang melawan Belanda di medan pertempuran 1881-1965)

- Rohana Kudus (wartawan perempuan pertama di Indonesia 1884-1972)

- Rahma El Yunusyyiah (tokoh pendidikan 1900-1969)

- Rasuna Said (pejuang perempuan 1910-1965)

Jadi kurang Pancasila bagaimana lagi Orang Minang? Boleh di perhatikan Sila mana yang tak diamalkan?

Sila 1 ketuhanan yang Maha Esa. Orang Minang itu religius. Filosofinya  Adat bersendikan Syariah dan Syariah bersendikan Kitabullah (adat basandi syarak dan syarak basandi kitabullah). Nafas kami Ketuhanan yang Maha Esa.

Sila ke 2, kemanusiaan yang adil dan beradab. Orang Minang hidup dengan semangat keadilan "Barek samo di pikua ringan samo di jinjiang". Berat sama dipikul, ringan sama dijinjing.Dan kami memegang adab "kato nan ampek" (kata yang empat) yaitu kato mandaki, kato manurun, kato malereang, kato mandata.

Kato mandaki (kata mendaki) digunakan untuk berbicara dengan orang tua atau yang lebih tua.

Kato manurun (kata menurun) digunakan untuk berbicara ke yang lebih kecil.

Kato malereang (kata miring) digunakan untuk berbicara dengan orang yang dituakan atau dihormati seperti ketua adat, orang pemerintahan dan lain-lain.

Kato mandata (kata mendatar) digunakan untuk berbicara dengan teman sejawat atau seusia.

Sila ke 3, Persatuan Indonesia. Di Sumatera Barat suasana sangat damai dan tentram. Pendatang diterima dengan baik. Tak pernah ada persekusi terhadap pendatang, apapun sukunya, agamanya atau rasnya.

Dan ketika orang Minang merantau, mereka sangat pandai membaur. Karena orang Minang berprinsip "Dimana bumi dipijak, di situ langit dijunjung".

Sila ke 4, Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan.

Jauh sebelum Indonesia merdeka, sifat ini sudah berurat berakar dalam diri orang Minang. Karena orang Minang berprinsip:

"Bulek aia dek pambuluah, bulek kato dek mupakaik". (Bulat air karena pembuluh, bulat kata karena mufakat). Bermusyawarah untuk mencapai mufakat sudah kami terapkan dari jaman nenek moyang kami.

Sila ke 5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Prinsip keadilan sosial ini sudah turun temurun dipraktekkan orang Minang :

"Mandapek sama balabo, kahilangan samo marugi, maukua samo panjang, mambilai samo laweh, baragiah samo banyak, manimbang samo barek”.

(artinya mendapat sama berlaba, kehilangan sama merugi, mengukur sama panjang, menyambung sama lebar, berbagi sama banyak, menimbang sama berat).

Kurang Pancasila bagaimana lagi orang Minang?

Sekali lagi, terima kasih Ibu Puan, karena ucapan Ibu, nilai luhur adat kami di Ranah Minang, perjuangan putra terbaik daerah kami, dan sumbangsih daerah kami untuk tegaknya negeri ini semakin diketahui seantero Indonesia. Ternyata justru orang Minang yang telah amalkan nilai-nilai hidup yang terkandung dalam butir-butir Pancasila...

Wallahu a'lam.(SZ)