Faisal Basri

Artikel () 24 Agustus 2020 09:58:48 WIB


Dalam Tabloid Kontan edisi 18-23 Agustus 2020, di salah satu halaman terdapat wawancara Kontan dengan Faisal Basri.  Wawancara tersebut diberi judul, “Turunkan dulu covid, baru perbaiki ekonomi”. Saya melihat apa yang disampaikan Faisal Basri ini cukup gamblang untuk kebijakan ekonomi yang terkait pengaruh Covid-19. 

 

Meskipun judulnya terkesan berpihak kepada penurunan covid, tetapi isi wawancara lebih banyak membicarakan tentang kebijakan atau masalah ekonomi. Dalam hal pertumbuhan ekonomi negatif di triwulan II Faisal Basri menjelaskan ini merupakan yang terdalam sejak 1998. Namun dibanding negara lain yang juga mengalami pertumbuhan minus seperti Thailand, Singapura, Malaysia, Filipina, maka Indonesia tidak terlalu dalam. Karena Indonesia tidak menerapkan lockdown. Negara yang disebut ekonominya anjlok parah karena menerapkan lockdown penuh. Indonesia menurut Faisal tidak menerapkan lockdown penuh, sehingga ekonomi tidak separah negara-negara tersebut. 

 

Dalam hal peran bantuan sosial untuk memperbaiki kinerja ekonomi nasional, menurut Faisal solusinya tidak bisa pakai obat tradisional dan konvensional. Seperti memperlebar defisit, pelonggaran moneter, penurunan suku bunga. Kebijakan seperti ini belum cukup menurut Faisal, karena semua negara menerapkan ini juga. 

 

Faisal mengkritik tentang pembagian sembako kepada kelompok menengah bawah, karena tidak efektif dan kacau. Multiplier effectnya rendah. Menurut Faisal, orang miskin jika mendapat bantuan dana tunai hampir semuanya dibelanjakan untuk kebutuhan sehari-hari, di mana yang dibelanjakan tersebut konten impornya rendah. Yaitu telur, beras, ayam. Menurut Faisal, konsumsi seperti ini efek multipliernya besar dibanding sembako. 

 

Dengan bantuan tunai, setiap orang bisa membelanjakan kebutuhannya. Orang yang berpenyakit gula dan berumur 60 tahun tidak perlu beras dan gula. Orang yang punya bayi kebutuhannya susu. Faisal Basri menjelaskan seperti ini karena menganggap bantuan sembako tidak efektif. 

 

Faisal juga menjelaskan bahwa jika bantuan tunai diberikan sebesar 100 ribu rupiah maka efeknya bisa 9 kali lipat, karena 90% uang tersebut dibelanjakan. Faisal menganjurkan pemerintah untuk memberikan bantuan berupa uang tunai. Dengan uang tunai, tetangga yang jual beras bisa dibeli berasnya. Faisal mendukung atau merespon positif bantuan tambahan gaji bagi pegawai yang gajinya 4 juta rupiah ke bawah. 

 

Di akhir wawancara Faisal meyebut bahwa pemerintah harus menurunkan dulu covid, karena jika covid naik ekonomi akan anjlok. Sementara menurut saya, masyarakat dalam suasana pelonggaran ini harus mematuhi protokol kesehatan. Terutama memakai masker. Sehingga mereka bisa mencari nafkah tanpa khawatir ancaman covid. Ketika masyarakat sulit mematuhi protokol kesehatan, maka ancaman terkena covid besar. Jika ternyata terkena, maka dampaknya ekonomi mereka pun turun. (Erwin FS)