Waspadai Jebakan Media Sosial

Waspadai Jebakan Media Sosial

Artikel () 11 Maret 2018 04:29:22 WIB


Kompas edisi 10 Maret 2018 dalam halaman opininya memuat sebuah tulisan dari Agus Sudibyo dengan judul “Simalakama Politik Media Sosial”. Agus menceritakan tentang temuan Komite Intelijen Senat AS yang mengungkap campur tangan Rusia dalam pemilihan presiden AS tahun 2016.

Ada dua halaman Facebook yang dikendalikan dari St Petersburg oleh Internet Research Agency yang merupakan organisasi propaganda Rusia. Diawali dari perang kata-kata di media sosial antara Heart of Texas dengan United Muslims of America. Dua halaman palsu yang dikendalikan dari jauh ini  yang baru belakangan diketahui, isinya saling menyerang. Heart of Texas terus menerus melakukan prasangka negative terhadap umat Islam. Sedangkan United Muslims of America menyuarakan hak kesetaraan umat Islam.

Kemudian pada Mei 2016 dilakukan demonstrasi anti umat Islam oleh sekelompok orang di Houston, AS dengan slogan “Stop Islamisasi di Texas” yang menentang pendirian The Library of IslamicKnowledge di Houston. Setelah demo itu muncul demo tandingan yang menyuarakan hak mempromosikan nilai-nilai Islam. Perkelahian hampir terjadi.

Pada September 2017 Facebook menyatakan telah menemukan 3.000 iklan politik dari 470 akun yang terhubung ke Internet Research Agency. Akun-akun tersebut menyebarkan 80.000 pesan politik dengan jangkauan 126 juta orang yang sebagian besar berada di AS. Sementatra itu Twitter juga menemukan 2.752 akun yang terhubung ke Internet Research Agency. Sementara Google menyatakan telah mengidentifikasi 18 kanal Youtube yang terhubung ke Internet Research Agency.

Apa yang dipaparkan oleh Agus Sudibyo ini yang menceritakan adanya politik pecah belah dengan melempar isu-isu bernada kebencian memang patut dicermati oleh masyarakat pengguna internet di Indonesia. Khususnya pengguna media sosial. Karena saya juga melihat langsung tidak sedikit akun-akun palsu yang berisi kebencian dengah mudah disebar oleh akun-akun asli tanpa melihat dulu apa isi postingannya.

Saya juga merasa heran bahwa ternyata banyak orang-orang yang berpendidikan tinggi ternyata dalam bermedia sosial mudah sekali terpedaya akun palsu yang menebar kebencian hanya karena mereka tidak menyukai seseorang atau pihak tertentu. Konten kebencian yang dibungkus dengan gambar atau video tersebut dengan semangat disebar tanpa menimbang-nimbang dampak negative terhadap dirinya.  

Semoga terungkapnya keterlibatan Rusia dalam pemilihan presiden di Amerika Serikat yang menyebabkan permusuhan antarsesama bisa menjadi pelajaran berharga bagi orang Indonesia agar semakin berhati-hati dalam bermedia sosial. (efs)

Referensi: Kompas, 10 Maret 2018

ilustrasi: freefoto.com